Wisata Sejarah Kemaritiman Indonesia

Halo Bellvalers, kali ini kami akan mengulas wisata sejarah kemaritiman Indonesia yang perlu Anda ketahui. Sebab bagaimana pun, sejarah dan pemahaman dari kekayaan budaya dan sejarah kemaritiman perlu dikenali oleh generasi muda saat ini.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki banyak pelabuhan, dermaga, dan berbagai bangunan pendukung aktivitas kemaritiman. Berbagai sarana tersebut bukan hanya ada dan dibangun pada masa sekarang, melainkan sejak masa lalu, yaitu pada masa-masa kolonial asing di negara ini.

Sejak dahulu, nusantara memang dikenal sebagai wilayah kepulauan yang melimpah dengan kekayaan kemaritiman. Tidak hanya kekayaan hayati, tetapi juga sejarahnya. Banyak kerajaan yang hidup dengan budaya maritim dan sejarah dalam penguasaan wilayah di nusantara oleh bangsa asing juga banyak bermuatan kekuatan maritim.

Perjalanan waktu juga telah memperlihatkan sejumlah bukti sejarah dari peninggalan budaya atas berbagai hal yang berlangsung di nusantara. Peta perpolitikan, peta penguasaan, dan peta perekonomian pada masa lalu erat kaitannya dengan kemaritiman.

Berbagai tinggalan tersebut memberikan informasi yang penting bagi perjalanan dan peta kemaritiman pada masa datang. Itu sebabnya, sejarah dan pemahaman dari kekayaan budaya dan sejarah kemaritiman perlu dikenali oleh generasi muda saat ini.

Tak hanya dari literatur-literatur mengenai sejarah yang perlu diketahui, tetapi juga pengenalan terhadap berbagai tinggalan budaya dari sisa-sisa aktivitas masa lalu tersebut.

Bukti kejayaan maritim dan strategi kemaritiman memperkaya era kepelabuhan baru. Hal inilah yang diungkap dalam episode baru “Kabar Maritim” di kanal Youtube. Tim Museum Maritim Indonesia dalam episode itu mengajak tur virtual sejarah kantor “Gedung Kepanduan Eks Kantor Rotterdam Lloyd”.

Dulu, bangunan ini merupakan kantor operasi kapal di Pelabuhan Tanjung Priok milik swasta dari Belanda pada 1930 sampai 1950.

“Kita akan mengunjungi satu bangunan yang bersejarah. Lokasi yang ada di Terminal 2, Tanjung Priok,” kata Kepala Museum Maritim Tinia Budiati, dalam bahasan virtual Port, Maritime, and Museum bertajuk “Gedung Kepanduan Eks Kantor Rotterdam Lloyd”.

Dia menjelaskan, lewat kantor ini, kita dapat menyaksikan berbagai aktivitas kapal-kapal yang keluar dan masuk pelabuhan. Rotterdam Lloyd dikenal memiliki kapal-kapal mewah yang populer pada masanya.

Bisa dibayangkan padatnya aktivitas pemanduan ketika pelabuhan Tanjung Priok dibangun pada akhir abad ke-18 Masehi. “Saat itu, banyak kapal uap besar dengan lalu lintas yang sangat ramai apalagi setelah dibukanya Terusan Suez pada 1869,” ujar Tinia lagi.

Dia menjelaskan, gedung kepanduan ini merupakan perjalanan sejarah bangsa dari sisi Pelabuhan Tanjung Priok. Hal itu bisa dilihat dari adanya barang-barang antik berupa keramik kuno yang usianya puluhan, bahkan kemungkinan ratusan tahun.

Bangunan depan gedung masih dipertahankan keasliannya, tapi di bagian belakangnya sudah difungsikan sebagai lapangan untuk berbagai kebutuhan pelabuhan. Tim Museum Maritim Kang Andi mengatakan, di bagian depan gedung, terparkir kapal pandu siap siaga ketika kapal besar datang untuk berbagai keperluan.

“Kapal-kapal yang terparkir tampak terawat dengan baik. Pada bagian depan gedung terdapat prasasti peringatan hari jadi ke-100 Tanjung Priok,” kata Kang Andi.

Pelabuhan Tanjung Priok mulai dibangun 1877 dan selesai 1986. Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan kawasan Tanjung Priok sebagai pelabuhan baru Batavia pada akhir abad ke-19 Masehi untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah baratnya.

Pelabuhan Sunda Kelapa dipandang terlalu sempit untuk menampung peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi akibat pembukaan Terusan Suez. Pembangunan pelabuhan baru dimulai oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881). Sekilas, bentuk Gedung Kepanduan juga mirip dengan atap lobi depan Museum Maritim.

Banyak tempat yang bersejarah di Indonesia dan proses perubahan yang terjadi sepanjang perjalanannya dapat diamati dari berbagai koleksi di museum. Sebagai negara maritim, Indonesia banyak memiliki koleksi sejarah terkait kemaritiman dan beberapa di antaranya ada di Museum Maritim Indonesia.

Dalam tur virtual tim Museum Mandiri, pengunjung diajak menjangkau masing-masing lantai di Gedung Kepanduan. Di lantai satu terdapat ruang tunggu para pilot kapal yang dindingnya dihiasi keramik bergaya artdeco. Gaya arsitektur ini sangat populer pada era 1980-an. Terpampang pula foto para pemimpin yang pernah mengepalai jajaran di gedung tersebut.

Menuju lantai dua, gaya arsitektur tampak mirip dengan yang ada di gedung Stasiun Tanjung Priok. Di lantai ini, ada ruang tunggu dengan beberapa koleksi navigasi yang digunakan pada masa Hindia Belanda. Terdapat pula alat pengemudi kapal dan koleksi teropong lama yang bisa digunakan untuk melihat langsung aktivitas di depan dermaga.

Pada 1950-an, diketahui terdapat jadwal kapal yang dioperasikan Rotterdam Lloyd dengan rute menuju Jakarta. Dahulu, kantor ini juga bisa membantu pendaratan pesawat terbang. Terdapat lukisan mural yang menunjukkan pelabuhan di Belanda dengan banyak dekorasi keramik khas Batavia.

Kini, aktivitas pemanduan telah dipindahkan lokasinya ke kontrol menara dekat Museum Maritim. Aktivitas ini didukung dengan fasilitas canggih dan teknologi terkini.

Menurut Diretur Utama PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia (PMLI) Chiefy Adi K, konsep kemaritiman zaman dahulu memang ada dalam sejarahnya. Kini, konsep kemaritiman semakin modern. Untuk itu, anak-anak muda perlu mengenali hal ini, tentunya dengan dukungan berbagai pihak. Dengan demikian, mereka dapat terlibat langsung dalam memajukan negara yang berbasis maritim ini.

Karena itu, PMLI turut mengenalkan konsep maritim modern yang diterapkan masa kini. “PMLI memiliki fasilitas perlengkapan yang bisa disepakati paling bagus, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga Asia Pasifik,” kata Chiefy dalam kesempatan tersebut.

Pusat pendidikan ini dibangun dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang fokus pada pengembangan SDM kepelabuhan, kemaritiman, dan logistik. Pengembangannya diarahkan untuk industri berbadan hukum BUMD, BUMN, dan lainnya. Semua itu, kata Chiefy, dibarengi dengan program yang didukung ahli di bidangnya.

Tidak lupa, kata dia, dalam pengembangannya dibutuhkan penerapan stratagi marketing-nya. “Dengan demikian, keberadaannya bisa dirasakan dan mampu meningkatkan kompetensi serta akhlak SDM yang setelah menimba ilmu dapat memajukan industri perusahaannya di atas rata-rata,” kata Chiefy. []

Leave a Comment

error: Sorry, you can\\\\\\\\\\\\\\\'t do this...